link href='http://www.4shared.com/photo/PmLL88jm/Sharingan.html' rel='shortcut icon' type='image/vnd.microsoft.icon'/>
RSS

Minggu, 11 November 2012

Key Smadav 9.0

Key Smadav 9.0

Nama : MEGASOFT88.BLOGSPOT.COM

Key : 085800745146




Nama : MEGASOFT88

Key : 085800806060



Nama : REMIX-7

Key : 088800304292



Oke, SMADAV 8.9 anda sudah menjadi versi PRO


Selama Mencoba!



Dibawah ini adalah Key Untuk Smadav 8.9 Jadi Jangan di gunakan untuk versi 9.

Key Smadav 8.9

Nama : ModernW4R3Smadav

Key : 995299602420




Update Key untuk Serial Number Smadav 8.9 Pro

Dibawah ini adalah referensi lain yang bisa kamu gunakan tapi saya lebih merekomendasikan Key di atas.

Tipe Perusahaan:

Nama : Fikrishare

Serial : 999999301000

Nama : Fikrishare.com

Serial : 999899101447


Nama : FSLovers

Serial : 995799481660



Tipe Warnet:

Nama : Fikrishare

Serial : 779977301000

Nama : Fikrishare.com


Serial : 779877101447

Nama : FSLovers

Serial : 775777481660



Tipe Personal:

Nama : Fikrishare

Serial : 088800301000


Nama : FSLovers

Key : 089900481660



Efek Blogger

kali ini saya akan membagikan beberapa efek untuk blog anda , silahkan di coba  ::


Efek bunga mekar : <script language="javascript">
nd_mode="flowers";
nd_vAlign="bottom";
nd_hAlign="right";
nd_vMargin="10";
nd_hMargin="10";
nd_target="_blank";
</script>
<script language="javascript" src="http://tateluproject.googlecode.com/files/efek.js"></script>


efek salju : <script type="text/javascript" src="http://ahmad-rifai-tools.googlecode.com/files/salju-blog.ahmadrifai.net.js" /></script>

efek petir : <style type="text/css">body { background-image: url(http://i958.photobucket.com/albums/ae69/putrablidz/storm.gif); background-color:transparent; }</style>

Senin, 10 September 2012

Cara Menghitung IP

Jika anda ingin menjadi seorang Network Administrator salah tiga syarat utamanya adalah memahami TCP/IP tidak hanya secara Konsep tetapi juga Desain dan Implementasinya.
Dalam tutorial ini saya ingin membagi pengertian yang saya pahami dalam menghitung IP Adress secara cepat.

Kita mulai … lebih cepat lebih baik…
Mungkin anda sudah sering men-setting jaringan dengan protokol TCP/IP dan menggunakan IP Address 192.168.0.1, 192.168.0.2, 192.168.0.3, …dst dengan netmask (subnet) 255.255.255.0 . Namun pernahkah terpikir untuk menggunakan IP selain IP tersebut ? misalnya :
192.168.100.1  netmask 255.255.255.248 atau
192.168.50.16  netmask 255.255.255.240 ...???

Teori Singkat & Umum

Untuk mempelajari IP diperlukan pengetahuan tentang Logika dan Sitem Bilangan Biner. Tentang bagaimana cara mengkonversi bilangan Biner ke dalam bilangan Decimal atau menjadi BIlangan HexaDecimal, silahkan baca tutorial Sistem Bilangan Logika [Not Finished Yet] yang juga saya tulis dalam bentuk ringkasan. IP Address yang akan kita pelajari ini adalah IPv.4 yang berisi angka 32 bit binner yang terbagi dalam 4×8 bit.
Conto :
   8 bit     8 bit      8 bit  8 bit
  192.168.0.1 -> 1 1 0 0 0 0 0 0 . 1 0 1 0 1 0 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0  0 . 0 0 0 0 0 0 0 1
   192          . 168            . 0                . 1
Hal yang perlu dipahami dalam penggunaan IP Address secara umum adalah sebagai berikut :

Kelas IP

IP Address di bagi menjadi 5 kelas yakni A, B, C, D dan E. Dasar pertimbangan pembagian kelas ini adalah untuk memudahkan pendistribusian pendaftaran IP Address.

  • Kelas A
  • Kelas A ini diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
    Bit Pertama : 0 Net-ID  : 8 bit   Host-ID  : 24 bit Range IP : 1.xxx.xxx.xxx - 126.xxx.xxx.xxx Jumlah IP : 16.777.214
    Note : 0 dan 127 dicadangkan, 0.0.0.0 dan 127.0.0.0 biasanya dipakai untuk localhost.

  • Kelas B
  • Kelas A ini diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
    2 Bit Pertama : 10 Net-ID  : 16 bit   Host-ID  : 16 bit Range IP : 128.xxx.xxx.xxx - 191.255.xxx.xxx Jumlah IP : 65.532

  • Kelas C

  • 3 Bit Pertama : 110 Net-ID  : 24 bit   Host-ID  : 16 bit Range IP : 192.xxx.xxx.xxx - 223.255.255.255 Jumlah IP : 254

  • Kelas D

  • 4 Bit Pertama : 1110 Byte Inisial : 224 - 247
    Note : Kelas D ini digunakan untuk keperluan multicasting dan tidak mengenal adanya Net-ID dan Host-ID

  • Kelas E

  • 4 Bit Pertama : 1111 Byte Inisial : 248 - 255
    Note : Kelas E ini digunakan untuk keperluan Eksperimental

    -> Network ID (Net-ID)

    Adalah IP address yang menunjukkan Nomor Jaringan (identitas segmen)
    Conto :
    1. Sebuah segmen dengan IP range 192.168.0.0 – 192.168.0.255 netmask 255.255.255.0 maka Net-ID nya adalah 192.168.0.0.
    2. Sebuah jaringan dengan IP range 192.168.5.16 – 192.168.5.31/28 maka Net-ID nya adalah 192.168.5.16
    Note : Net-ID adalah IP pertama dari sebuah segmen. Dalam implementasinya IP ini tidak dapat digunakan pada sebuah host.

    -> IP Broadcast

    Adalah IP address yang digunakan untuk broadcast. Dari conto di atas maka IP Broadcast nya adalah 192.168.0.255 .
    Note : IP Broadcast adalah IP terakhir dari sebuah segmen (kebalikan dari Net-ID). Dalam implementasinya IP ini juga tidak dapat digunakan pada sebuah host.

    -> Subnet Mask (Netmask)

    Adalah angka binner 32 bit yang digunakan untuk :

  • membedakan Net-ID dan Host-ID
  • menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar

  • Kelas A : 11111111.00000000.00000000.00000000 = 255.0.0.0 Kelas B : 11111111.11111111.00000000.00000000 = 255.255.0.0 Kelas C : 11111111.11111111.11111111.00000000 = 255.255.255.0
    Conto :
    sebuah segmen dengan IP range 192.168.0.0 – 192.168.0.255 maka Netmask nya adalah : 255.255.255.0 .

    -> Prefix

    Adalah penulisan singkat dari sebuah Netmask. Dari conto juga maka prefix nya adalah 24 maka menuliskan prefix-nya 192.168.0.0/24

    -> Jumlah IP yang tersedia

    Adalah jumlah IP address yang tersedia dalam sebuah segmen (blok). Dari conto di atas maka Jumlah IP yang tersedia sebanyak 256 (192.168.0.0 – 192.168.0.255)
    Note : Dalam implementasinya tidak semua IP yang tersedia dapat digunakan karena ada 2 IP yang akan digunakan sebagai Net-ID dan Broadcast..

    -> Jumlah Host

    Adalah jumlah dari IP address yang dapat dipakai dalam sebuah segmen. Dari conto di atas maka jumlah host-nya adalah 254 (192.168.0.1 – 192.168.0.254). IP 192.168.0.0 sebagai Net-ID dan 192.168.0.255 sebagai Broadcast-nya.
    Note : Jumlah Host = Jumlah IP yg tersedia – 2

    -> IP Public

    Adalah IP address yang dapat dikenali di jaringan internet.
    Conto :
    202.95.144.4, 64.3.2.45, 4.2.2.1 dst
    Note : IP Public akan kita dapatkan jika kita berlangganan Leased Line.

    -> IP Private

    Adalah IP address yang hanya dapat dikenali di jaringan local (LAN).
    Conto :
    192.168.1.1, 192.168.0.5, 192.168.10.200 dst
    Note : IP Private dapat kita gunakan semau kita untuk membangun LAN tanpa harus berlangganan Internet seperti Leased Line.

    Memulai Perhitungan

    Perhatikan kombinasi angka dibawah ini :

    Cara membaca :

    Kombinasi angka tersebut adalah untuk netmask 255.255.255.0 yang apabila di konversi ke Bilangan Biner adalah 11111111.11111111.11111111.00000000. Kita ambil 8 bit terakhir yaitu .00000000.
    Apabila pada kolom pertama di beri nilai ’1′ dan yg lainnya bernilai ’0′ ( .10000000 ) maka
    1. Jumlah IP yang kita miliki (tersedia) sebanyak 128 nomor
    2. Netmask yang harus dipakai adalah 255.255.255.128
    3. Kita dapat menuliskan IP tersebut 192.168.0.0/25 dengan 25 sebagai nilai prefix-nya.
    4. Jumlah segmen yang terbentuk sebanyak 2 yaitu
       192.168.0.0 - 192.168.0.127 -> sesuai dgn point 1. IP yang tersedia sebanyak 128 buah tiap segmen  192.168.0.128 - 192.168.0.255
    5. Jumlah IP yang dapat dipakai untuk host sebanyak 126 setelah dikurangi dengan Net-ID dan Broadcast .
    Sekarang dapatkah Anda mencari seperti 5 point sebelumnya apabila 3 bit pertama di beri nilai ’1′ ?

    Latihan

    • Saya memiliki IP sebagai berikut :
    •   A. 192.168.0.10/28   B. 192.168.0.15/netmask 255.255.255.240   C. 192.168.0.16/28   D. 192.168.0.20 netmask 255.255.255.240   E. 192.168.0.20/28   F. 192.168.0.9/30   G. 192.168.0.11/255.255.255.250

    Pertanyaan :

    1. Manakah IP yang dapat saling berhubungan (berada dalam segmen yang sama) ?
    2. Berapakah netmask untuk IP A,C,E,F ?
    3. Berapakah nilai prefix untuk IP B,D,G ?
    4. Manakah IP yang tidak dapat digunakan dalam jaringan, dan apa sebabnya ?
    5. Berapa range untuk masing-masing IP ?
    6. Bagaimana cara menguji konektivitas masing-masing IP ?

    Referensi :

    1. TCP/IP Standart, Deain dan Implementas (Onno W. Purbo)
    2. Google.com
    3. Pengalaman ngeset IP.. :P
    Hanya ini yang dapat aku persembahkan, mohon maaf jika masih banyak kesalahan…

    Sabtu, 14 Juli 2012

    hey kawan.. mumpung lagi suasana MOS nih pasti ada aj kan yang di suruh Buat Surat Cinta Sama Kaka senior'a .! nah kali ini saya akan coba bantu kalian nihh saya kasih contoh'a&semoga bermanfaat ya ..

    Assalamualikum Wr. Wb
    Selamat pagi ...

    Buat kakak dan mbak seniorku yang ganteng dan Cantik
    Mohon izin dan mohon maaf jika surat ini mengganggu kakakku sekalian
    Hanya seuntai bait singkat, untuk menyampaikan isi hati

    Dari hari pertama memasuki sekolah tercinta ini,
    Sepertinya ada sesuatu yang berbeda dimata adik
    Tatkala harus bertatapan muka dengan kakak
    Namun mencoba sekuat tenaga menepis perasaan itu.

    Kakak mengingatkanku pada seseorang
    Yang pernah Lama bertengger direlung hati ini
    Namun kini telah pergi jauh
    Entah kemana.......

    Singkatnya, kakak memberikan nuansa dan semangat baru
    seiring langkahku menjajaki dunia sekolah
     Yang katanya sungguh indah

    Satu hal, jika kakak menyambut perasaanku ini
    Mohon jangan disebarluaskan kepada kakak senior yang lain
    Maupun Kepada teman-teman seangkatanku
    Temui aku atau add FB ku di faris.ramadhan90@gmail.com
    Luph u


    Dari yang Mengagumimu




    Fahrizs Ramadhan






    ada lagi nih yang kedua ...

    Dear Kakak Cuantiq/ Kakak Guanteng

    di salah satu “tempat terasik” kehidupan..

    (Kembangkan senyum terbaiknya dulu dong Kak, sebelum melanjutkan membaca suratnya )

    Surat ini di tulis sambil membayangkan wajah Cantiq/Ganteng Kakak, membayangkannya aja,, jari jemari ini sudah berjogat joget, gemetaran tak karuan. Apalagi saat bertemu Kakak pertama kali di Lapangan Sekolah, tempat semua murid baru di kumpulkan.. Dada langsung penuh dengan irama detak jantung bagaikan ombak yang menghempas, mengamuk di bibir pantai Laut Selatan..

    Padahal,, sekolah kita kan berada di tengah kota, di tengah hiruk pikuknya teriakan cacing-cacing dari perut yang kelaparan, di tengah ke macetan yang semakin menggila, di tengah polusi udara dari pabrik dan kendraan bermotor, panas yang teriknya serasa langsung mematangkan kulitku menjadi sate gosong yang tak enak untuk dilihat, apalagi menggugah selera ,, hufff..

    Tetapi,,, Kakak tau gak,, dengan kehadiran dan tatapan Kakak yang tak pernah lepas dari gerak gerik kami, seperti kucing Tom yang sedang mengintai tikus Jerry. Semua kegiatan MOS ini serasa menjadi irama dangdut kehidupan Sik Asiknya Ayu Ting Ting,,,
    Sik asik sik asik kenal dirimu
    Sik asik sik asik dekat denganmu
    terasa dihati berbungaa bunga setiap bertemu.
    Sik asik sik asik kenal dirimu
    Sik asik sik asik dekat denganmu
    Ah aku berharap semoga kamulah
    yang akan menjadi pacarku,,,
    ( kelanjutannya,, nanti kita lanjutkan berdua aja ya Kak, sambil membayangkan duet Dion Idol dan Sean Idol di panggung spektakuler,,, Endahnyaaa,,, ).
    Ku ambil gitar dan mulai memainkan…
    Ahhh.. kenapa jadi Lagu Terlalu Manis-nya Slank,,,
    Sudah dulu ya Kak,,
    Sampai Ketemu Lagi di hari-hari sekolah .

    Salam Damai.

    Jumat, 25 Mei 2012


    Tugas Remedial KKPI












    Kelas : X-TKJ











    1. Elemen elemen dalam jendela Word 2000

    Jendela Word 2000 terdiri atas elemen-elemen yang mempunyai fungsi tersendiri.berikut ini adalah fungsi elemen tersebut.

    a.    Title bar(baris judul)
        Menampilkan semua program aplikasi yang sedang aktif diwakili oleh sebuah tombol(ikon aktif) Program aplikasi pada taskbar yang dapat berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain dengan cara mengklik tombol (ikon aktif )tersebut

    b.    Ikon Sistem menu
       Ikon sistem menu terletak di kanan atas jendela yg berisikan perintah untuk menutup,mengembalikan,memindahkan,mengukur,membesarkan,dan menutup jendela program aplikasi yang di gunakan.Ikon sistem meliputi :
    1.    Tombol Restore
    Mengembalikan ukuran jendela dokumen word 2000 pada posisi sebelum perubahan nya.
    2.    Tombol Minimize
    Mengecilkan Jendela dokumen menjadi tombol yang akan ditempatkan di taksbar Windows XP.
    3.    Tombol close
    Tombol close di jendela dokumen dipakai untuk menutup jendela dokumen,sedangkan tombol close di jendela word dipakai untuk menutup/menonaktifkan Word 2000

    c.    Menu bar
        Menampilkan semua menu utama word 2000 yang terletak di baris paling atas jendela dokumen.Menu ini berisikan semua perintah pengoperasian Word.



    d.    Toolbar
        Ada dua toolbar yang berperan penting dalam pengolahan dokumen yang biasanya selalu tampil jika kamu membuka word 2000,yaitu toolbar standart dan toolbar formatting.toolbar word2000 lainnya mencakup Autotext,control toolbox,database,Drawing,forms,picture,reviewing,tables&borders,
    Visual basic,Web,dan word art

    e.    Baris ruler
       Untuk menentukan tabulasi,margin dan indensi(indent).bagian bagian
    Ini dapat ditampilkan atau disembunyikan.

    f.     Status bar(baris status)
        Menampilkan informasi tentang nomor dan judul halaman. Misal2/12 berarti berada pada halaman 2 dari 12 halaman yang ada.selain itu, menampilakan informasi tentang posisi kursor,modus pengetikan,serta keterangan singkat mengenai fungsi menu word 2000

    g.    Scroll bar(horizontal dan vertikal)
        Untuk mengulangi jendela dokumen agar bagian lain dari dokumen dapat ditampilkan




    2.  Pemakaian Tool bar
         Fungsi utama toolbar adalah mempercepat akses kesejumlah perintah yang sering dipakai .untuk menggunakan tool bar ,klik salah satu ikon yang mewakili perintah yang diinginkan.jika ikon tampak tertekan ke dalam ,berarti ia sedang di aktifkan.untuk menonaktifkan,kamu cukup menekan ikon tersebut sekali lagi
     

    Selasa, 22 Mei 2012

    SAJAK KENALAN LAMAMU
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Kini kita saling berpandangan saudara.
    Ragu-ragu apa pula,
    kita memang pernah berjumpa.
    Sambil berdiri di ambang pintu kereta api,
    tergencet oleh penumpang berjubel,
    Dari Yogya ke Jakarta,
    aku melihat kamu tidur di kolong bangku,
    dengan alas kertas koran,
    sambil memeluk satu anakmu,
    sementara istrimu meneteki bayinya,
    terbaring di sebelahmu.
    Pernah pula kita satu truk,
    duduk di atas kobis-kobis berbau sampah,
    sambil meremasi tetek tengkulak sayur,
    dan lalu sama-sama kaget,
    ketika truk tiba-tiba terhenti
    kerna distop oleh polisi,
    yang menarik pungutan tidak resmi.
    Ya, saudara, kita sudah sering berjumpa,
    kerna sama-sama anak jalan raya.
    ……………………………
    Hidup macam apa ini !
    Orang-orang dipindah kesana ke mari.
    Bukan dari tujuan ke tujuan.
    Tapi dari keadaan ke keadaan yang tanpa perubahan.
    …………………….
    Kini kita bersandingan, saudara.
    Kamu kenal bau bajuku.
    Jangan kamu ragu-ragu,
    kita memang pernah bertemu.
    Waktu itu hujan rinai.
    Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah
    tepat pada waktu kamu juga menariknya.
    Kita saling berpandangan.
    Kamu menggendong anak kecil di punggungmu.
    Aku membuka mulut,
    hendak berkata sesuatu……
    Tak sempat !
    Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku…..
    Dalam pandangan mata berkunang-kunang,
    aku melihat kamu
    membawa helaian plastik itu
    ke satu gubuk karton.
    Kamu lapiskan ke atap gubugmu,
    dan lalu kamu masuk dengan anakmu…..
    Sebungkus nasi yang dicuri,
    itulah santapan.
    Kolong kios buku di terminal
    itulah peraduan.
    Ya, saudara-saudara, kita sama-sama kenal ini,
    karena kita anak jadah bangsa yang mulia.
    ………………….
    Hidup macam apa hidup ini.
    Di taman yang gelap orang menjual badan,
    agar mulutnya tersumpal makan.
    Di hotel yang mewah istri guru menjual badan
    agar pantatnya diganjal sedan.
    ……………..
    Duabelas pasang payudara gemerlapan,
    bertatahkan intan permata di sekitar putingnya.
    Dan di bawah semuanya,
    celana dalam sutera warna kesumba.
    Ya, saudara,
    Kita sama-sama tertawa mengenang ini semua.
    Ragu-ragu apa pula
    kita memang pernah berjumpa.
    Kita telah menyaksikan,
    betapa para pembesar
    menjilati selangkang wanita,
    sambil kepalanya diguyur anggur.
    Ya, kita sama-sama germo,
    yang menjahitkan jas di Singapura
    mencat rambut di pangkuan bintang film,
    main golf, main mahyong,
    dan makan kepiting saus tiram di restoran terhormat.
    ………..
    Hidup dalam khayalan,
    hidup dalam kenyataan……
    tak ada bedanya.
    Kerna khayalan dinyatakan,
    dan kenyataan dikhayalkan,
    di dalam peradaban fatamorgana.
    ……….
    Ayo, jangan lagi sangsi,
    kamu kenal suara batukku.
    Kamu lihat lagi gayaku meludah di trotoar.
    Ya, memang aku. Temanmu dulu.
    Kita telah sama-sama mencuri mobil ayahmu
    bergiliran meniduri gula-gulanya,
    dan mengintip ibumu main serong
    dengan ajudan ayahmu.
    Kita telah sama-sama beli morphin dari guru kita.
    Menenggak valium yang disediakan oleh dokter untuk ibumu,
    dan akhirnya menggeletak di emper tiko,
    di samping kere di Malioboro.
    Kita alami semua ini,
    kerna kita putra-putra dewa di dalam masyarakat kita.
    …..
    Hidup melayang-layang.
    Selangit,
    melayang-layang.
    Kekuasaan mendukung kita serupa ganja…..
    meninggi…. Ke awan……
    Peraturan dan hukuman,
    kitalah yang empunya.
    Kita tulis dengan keringat di ketiak,
    di atas sol sepatu kita.
    Kitalah gelandangan kaya,
    yang perlu meyakinkan diri
    dengan pembunuhan.
    ………..
    Saudara-saudara, kita sekarang berjabatan.
    Kini kita bertemu lagi.
    Ya, jangan kamu ragu-ragu,
    kita memang pernah bertemu.
    Bukankah tadi telah kamu kenal
    betapa derap langkahku ?
    Kita dulu pernah menyetop lalu lintas,
    membakari mobil-mobil,
    melambaikan poster-poster,
    dan berderap maju, berdemonstrasi.
    Kita telah sama-sama merancang strategi
    di panti pijit dan restoran.
    Dengan arloji emas,
    secara teliti kita susun jadwal waktu.
    Bergadang, berunding di larut kelam,
    sambil mendekap hostess di kelab malam.
    Kerna begitulah gaya pemuda harapan bangsa.
    Politik adalah cara merampok dunia.
    Politk adalah cara menggulingkan kekuasaan,
    untuk menikmati giliran berkuasa.
    Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan.
    dari becak ke taksi, dari taksi ke sedan pribadi
    lalu ke mobil sport, lalu : helikopter !
    Politik adalah festival dan pekan olah raga.
    Politik adalah wadah kegiatan kesenian.
    Dan bila ada orang banyak bacot,
    kita cap ia sok pahlawan.
    ………………………..
    Dimanakah kunang-kunag di malam hari ?
    Dimanakah trompah kayu di muka pintu ?
    Di hari-hari yang berat,
    aku cari kacamataku,
    dan tidak ketemu.
    ………………
    Ya, inilah aku ini !
    Jangan lagi sangsi !
    Inilah bau ketiakku.
    Inilah suara batukku.
    Kamu telah menjamahku,
    jangan lagi kamu ragau.
    Kita telah sama-sama berdiri di sini,
    melihat bianglala berubah menjadi lidah-lidah api,
    gunung yang kelabu membara,
    kapal terbang pribadi di antara mega-mega meneteskan air mani
    di putar blue-film di dalamnya.
    …………………
    Kekayaan melimpah.
    Kemiskinan melimpah.
    Darah melimpah.
    Ludah menyembur dan melimpah.
    Waktu melanda dan melimpah.
    Lalu muncullah banjir suara.
    Suara-suara di kolong meja.
    Suara-suara di dalam lacu.
    Suara-suara di dalam pici.
    Dan akhirnya
    dunia terbakar oleh tatawarna,
    Warna-warna nilon dan plastik.
    Warna-warna seribu warna.
    Tidak luntur semuanya.
    Ya, kita telah sama-sama menjadi saksi
    dari suatu kejadian,
    yang kita tidak tahu apa-apa,
    namun lahir dari perbuatan kita.
    Yogyakarta, 21 Juni 1977
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK MATAHARI
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Matahari bangkit dari sanubariku.
    Menyentuh permukaan samodra raya.
    Matahari keluar dari mulutku,
    menjadi pelangi di cakrawala.
    Wajahmu keluar dari jidatku,
    wahai kamu, wanita miskin !
    kakimu terbenam di dalam lumpur.
    Kamu harapkan beras seperempat gantang,
    dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
    Satu juta lelaki gundul
    keluar dari hutan belantara,
    tubuh mereka terbalut lumpur
    dan kepala mereka berkilatan
    memantulkan cahaya matahari.
    Mata mereka menyala
    tubuh mereka menjadi bara
    dan mereka membakar dunia.
    Matahri adalah cakra jingga
    yang dilepas tangan Sang Krishna.
    Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
    ya, umat manusia !
    Yogya, 5 Maret 1976
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK MATA-MATA
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Ada suara bising di bawah tanah.
    Ada suara gaduh di atas tanah.
    Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
    Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
    Dan, lho, ini di belakang saya
    ada tentara marah-marah.
    Apaa saja yang terjadi ? Aku tak tahu.
    Aku melihat kilatan-kilatan api berkobar.
    Aku melihat isyarat-isyarat.
    Semua tidak jelas maknanya.
    Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara,
    menggangu pemandanganku.
    Apa saja yang terjadi ? Aku tak tahu.
    Pendengaran dan penglihatan
    menyesakkan perasaan,
    membuat keresahan –
    Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi
    terjadi tanpa kutahu telah terjadi.
    Aku tak tahu. Kamu tak tahu.
    Tak ada yang tahu.
    Betapa kita akan tahu,
    kalau koran-koran ditekan sensor,
    dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol.
    Koran-koran adalah penerusan mata kita.
    Kini sudah diganti mata yang resmi.
    Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.
    Kita hanya diberi gambara model keadaan
    yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.
    Mata rakyat sudah dicabut.
    Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk.
    Mata pemerintah juga diancam bencana.
    Mata pemerintah memakai kacamata hitam.
    Terasing di belakang meja kekuasaan.
    Mata pemerintah yang sejati
    sudah diganti mata-mata.
    Barisan mata-mata mahal biayanya.
    Banyak makannya.
    Sukar diaturnya.
    Sedangkan laporannya
    mirp pandangan mata kuda kereta
    yang dibatasi tudung mata.
    Dalam pandangan yang kabur,
    semua orang marah-marah.
    Rakyat marah, pemerinta marah,
    semua marah lantara tidak punya mata.
    Semua mata sudah disabotir.
    Mata yangbebas beredar hanyalah mata-mata.
    Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK ORANG KEPANASAN
    Oleh :
    W.S. Rendra


    Karena kami makan akar
    dan terigu menumpuk di gudangmu
    Karena kami hidup berhimpitan
    dan ruangmu berlebihan
    maka kami bukan sekutu
    Karena kami kucel
    dan kamu gemerlapan
    Karena kami sumpek
    dan kamu mengunci pintu
    maka kami mencurigaimu
    Karena kami telantar dijalan
    dan kamu memiliki semua keteduhan
    Karena kami kebanjiran
    dan kamu berpesta di kapal pesiar
    maka kami tidak menyukaimu
    Karena kami dibungkam
    dan kamu nyerocos bicara
    Karena kami diancam
    dan kamu memaksakan kekuasaan
    maka kami bilang : TIDAK kepadamu
    Karena kami tidak boleh memilih
    dan kamu bebas berencana
    Karena kami semua bersandal
    dan kamu bebas memakai senapan
    Karena kami harus sopan
    dan kamu punya penjara
    maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
    Karena kami arus kali
    dan kamu batu tanpa hati
    maka air akan mengikis batu
    Suara Merdeka,
    Jumat, 15 Mei 1998
    (http://zhuldyn.wordpress.com)

    SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU
    (Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
    Oleh :
    W.S. Rendra
    Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.
    Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
    Hatinya damai,
    di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
    karena ia telah lunas
    menjalani kewjiban dan kewajarannya.
    Setelah ia wafat
    apakah petani-petani akan tetap menderita,
    dan para wanita kampung
    tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ?
    Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
    Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
    ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
    Saat itu ia mendengar
    nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
    Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.
    Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
    Di saat badan berlumur darah,
    jiwa duduk di atas teratai.
    Ketika ibu-ibu meratap
    dan mengurap rambut mereka dengan debu,
    roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
    untuk menanam benih
    agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
    – dari zaman ke zaman

    Jakarta, 2 Sptember 1977
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Matahari terbit pagi ini
    mencium bau kencing orok di kaki langit,
    melihat kali coklat menjalar ke lautan,
    dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
    Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
    Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
    memeriksa keadaan.
    Kita bertanya :
    Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
    Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
    Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
    Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
    Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
    Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
    Ada yang duduk, ada yang diduduki.
    Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
    Dan kita di sini bertanya :
    “Maksud baik saudara untuk siapa ?
    Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
    Kenapa maksud baik dilakukan
    tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
    Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
    Perkebunan yang luas
    hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
    Alat-alat kemajuan yang diimpor
    tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
    Tentu kita bertanya :
    “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
    Sekarang matahari, semakin tinggi.
    Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
    Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
    Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
    Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
    akan menjadi alat pembebasan,
    ataukah alat penindasan ?
    Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
    Malam akan tiba.
    Cicak-cicak berbunyi di tembok.
    Dan rembulan akan berlayar.
    Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
    Akan hidup di dalam bermimpi.
    Akan tumbuh di kebon belakang.
    Dan esok hari
    matahari akan terbit kembali.
    Sementara hari baru menjelma.
    Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
    Atau masuk ke sungai
    menjadi ombak di samodra.
    Di bawah matahari ini kita bertanya :
    Ada yang menangis, ada yang mendera.
    Ada yang habis, ada yang mengikis.
    Dan maksud baik kita
    berdiri di pihak yang mana !
    Jakarta 1 Desember 1977
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaja.
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK POTRET KELUARGA
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Tanggal lima belas tahun rembulan.
    Wajah molek bersolek di angkasa.
    Kemarau dingin jalan berdebu.
    Ular yang lewat dipagut naga.
    Burung tekukur terpisah dari sarangnya.
    Kepada rekannya berkatalah suami itu :
    “Semuanya akan beres. Pasti beres.
    Mengeluhkan keadaan tak ada gunanya.
    Kesukaran selalu ada.
    Itulah namanya kehidupan.
    Apa yang kita punya sudah lumayan.
    Asal keluarga sudah terjaga,
    rumah dan mobil juga ada,
    apa palgi yang diruwetkan ?
    Anak-anak dengan tertib aku sekolahkan.
    Yang putri di SLA, yang putra mahasiswa.
    Di rumah ada TV, anggrek,
    air conditioning, dan juga agama.
    Inilah kesejahteraan yang harus dibina.
    Kita mesti santai.
    Hanya orang edan sengaja mencari kesukaran.
    Memprotes keadaaan, tidak membawa perubahan.
    Salah-salah malah hilang jabatan.”
    ………
    Tanggal lima belas tahun rembulan
    Angin kemarau tergantung di blimbing berkembang.
    Malam disambut suara halus dalam rumputan.
    Anjing menjenguk keranjang sampah.
    Kucing berjalan di bubungan atap.
    Dan ketonggeng menunggu di bawah batu.
    Isri itu duduk di muka kaca dan berkata :
    “Hari-hari mengalir seperti sungai arak.
    Udara penuh asap candu.
    Tak ada yang jelas di dalam kehidupan.
    Peristiwa melayang-layang bagaikan bayangan.
    Tak ada yang bisa diambil pegangan.
    Suamiku asyik dengan mobilnya
    padahal hidupnya penuh utang.
    Semakin kaya semakin banyak pula utangnya.
    Uang sekolah anak-anak selalu lambat dibayar.
    Ya, Tuhan, apa yang terjadi pada anak-anakku.
    Apakah jaminan pendidikannya ?
    Ah, Suamiku !
    Dahulu ketika remaja hidupnya sederhana,
    pikirannya jelas pula.
    Tetapi kini serba tidak kebenaran.
    Setiap barang membuatnya berengsek.
    Padahal harganya mahal semua.
    TV Selalu dibongkar.
    Gambar yang sudah jelas juga masih dibenar-benarkan.
    Akhirnya tertidur…….
    Sementara TV-nya membuat kegaduhan.
    Tak ada lagi yang bisa menghiburnya.
    Gampang marah soal mobil
    Gampang pula kambuh bludreknya
    Makanan dengan cermat dijaga
    malahan kena sakit gula.
    Akulah yang selalu kena luapan.
    Ia marah karena tak berdaya.
    Ia menyembunyikan kegagalam.
    Ia hanyut di dalam kemajuan zaman.
    Tidak gagah. Tidak berdaya melawannya !”
    …………………………………..
    Tanggal lima belas tahun rembulan.
    Tujuh unggas tidur di pohon nangka
    Sedang di tanah ular mencari mangsa.
    Berdesir-desir bunyi kali dikejauhan.
    Di tebing yang landai tidurlah buaya.
    Di antara batu-batu dua ketam bersenggama.
    Sang Putri yang di SLA, berkata :
    “Kawinilah aku. Buat aku mengandung.
    Bawalah aku pergi. Jadikanlah aku babu.
    Aku membenci duniaku ini.
    Semuanya serba salah, setiap orang gampang marah.
    Ayah gampang marah lantaran mobil dan TV
    Ibu gampang marah lantaran tak berani marah kepada ayah.
    Suasana tegang di dalam rumah
    meskipun rapi perabotannya.
    Aku yakin keluargaku mencintaiku.
    Tetapi semuanya ini untuk apa ?
    Untuk apa hidup keluargaku ini ?
    Apakah ayah hidup untuk mobil dan TV ?
    Apakah ibu hidup karena tak punya pilihan ?
    Dan aku ? Apa jadinya aku nanti ?
    Tiga belas tahun aku belajar di sekolah.
    Tetapi belum juga mampu berdiri sendiri.
    Untuk apakah kehidupan kami ini ?
    Untuk makan ? Untuk baca komik ?
    Untuk apa ?
    Akhirnya mendorong untuk tidak berbuat apa-apa !
    Kemacetan mencengkeram hidup kami.
    Kakasihku, temanilah aku merampok Bank.
    Pujaanku, suntikkan morpin ini ke urat darah di tetekku “
    ………………………………………
    Tanggal lima belas tahun rembulan.
    Atap-atap rumah nampak jelas bentuknya
    di bawah cahaya bulan.
    Sumur yang sunyi menonjol di bawah dahan.
    Akar bambu bercahaya pospor.
    Keleawar terbang menyambar-nyambar.
    Seekor kadal menangkap belalang.
    Sang Putra, yang mahasiswa, menulis surat dimejanya :
    “ Ayah dan ibu yang terhormat,
    aku pergi meninggalkan rumah ini.
    Cinta kasih cukup aku dapatkan.
    Tetapi aku menolak cara hidup ayah dan ibu.
    Ya, aku menolak untuk mendewakan harta.
    Aku menolak untuk mengejar kemewahan,
    tetapi kehilangan kesejahteraan.
    Bahkan kemewahan yang ayah punya
    tidak juga berarti kemakmuran.
    Ayah berkata : “santai, santai ! “
    tetapi sebenarnya ayah hanyut
    dibawa arus jorok keadaan
    Ayah hanya punya kelas,
    tetapi tidak punya kehormatan.
    Kenapa ayah berhak mendapatkan kemewahan yang sekarang ayah miliki ini?
    Hasil dari bekerja ? Bekerja apa ?
    Apakh produksi dan jasa seorang birokrat yang korupsi ?
    Seorang petani lebih produktip daripada ayah.
    Seorang buruh lebih punya jasa yang nyata.
    Ayah hanya bisa membuat peraturan.
    Ayah hanya bisa tunduk pada atasan.
    Ayah hanya bisa mendukung peraturan yang memisahkan rakyat dari penguasa.
    Ayah tidak produktip melainkan destruktip.
    Namun toh ayah mendapat gaji besar !
    Apakah ayah pernah memprotes ketidakadilan ?
    tidak pernah, bukan ?
    Terlalu beresiko, bukan ?
    Apakah aku harus mencontoh ayah ?
    Sikap hidup ayah adalah pendidikan buruk bagi jiwaku.
    Ayah dan ibu, selamat tinggal.
    Daya hidupku menolak untuk tidak berdaya. “
    Yogya, 10 Juli 1975.
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK PULAU BALI
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Sebab percaya akan keampuhan  industri
    dan yakin bisa memupuk modal nasional
    dari kesenian dan keindahan alam,
    maka Bali menjadi obyek pariwisata.
    Betapapun :
    tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
    Bali harus dibuka untuk pariwisata.
    Sebab :
    pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
    dan maskapai penerbangan harus berjalan.
    Harus ada orang-orang untuk diangkut.
    Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.
    Dan waktu senggang manusia,
    serta masa berlibur untuk keluarga,
    harus bisa direbut oleh maskapai
    untuk diindustrikan.
    Dan Bali,
    dengan segenap kesenian,
    kebudayaan, dan alamnya,
    harus bisa diringkaskan,
    untuk dibungkus dalam kertas kado,
    dan disuguhkan pada pelancong.
    Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
    di muka perkemahan kaum Badui,
    di sisi mana pun yang tak terduga,
    lebih mendadak dari mimpi,
    merupakan kejutan kebudayaan.
    Inilah satu kekuasaan baru.
    Begitu cepat hingga kita terkesiap.
    Begitu lihai sehingga kita terkesima.
    Dan sementara kita bengong,
    pesawat terbang jet yang muncul dari mimipi,
    membawa bentuk kekuatan modalnya :
    lapangan terbang. “hotel – bistik – dan – coca cola”,
    jalan raya, dan para pelancong.
    “Oh, look, honey – dear !
    Lihat orang-orang pribumi itu!
    Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
    Fantastic ! Kita harus memotretnya !
    …………………………..
    Awas ! Jangan dijabat tangannya !
    senyum saja and say hello.
    You see, tangannya kotor
    Siapa tahu ada telor cacing di situ.
    …………………….
    My God, alangkah murninya mereka.
    Ia tidak menutupi teteknya !
    Look, John, ini benar-benar tetek.
    Lihat yang ini ! O, sempurna !
    Mereka bebas dan spontan.
    Aku ingin seperti mereka…..
    Eh, maksudku…..
    Okey ! Okey !….Ini hanya pengandaian saja.
    Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
    Look, now, John, jangan cemberut !
    Berdirilah di sampingnya,
    aku potret di sini.
    Ah ! Fabolous !”
    Dan Bank Dunia
    selalu tertarik membantu negara miskin
    untuk membuat proyek raksasa.
    Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.
    Dan kemajuan kita
    adalah kemajuan budak
    atau kemajuan penyalur dan pemakai.
    Maka di Bali
    hotel-hotel pribumi bangkrut
    digencet oleh packaged tour.
    Kebudayaan rakyat ternoda
    digencet standar dagang internasional.
    Tari-tarian bukan lagi satu mantra,
    tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
    Pahatan dan ukiran  bukan lagi ungkapan jiwa,
    tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.
    Hidup dikuasai kehendak manusia,
    tanpa menyimak jalannya alam.
    Kekuasaan kemauan manusia,
    yang dilembagakan dengan kuat,
    tidak mengacuhkan naluri ginjal,
    hati, empedu, sungai, dan hutan.
    Di Bali :
    pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
    telah dicemarkan
    Pejambon, 23 Juni 1977.
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK S L A
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Murid-murid mengobel klentit ibu gurunya
    Bagaimana itu mungkin ?
    Itu mungkin.
    Karena tidak ada patokan untuk apa saja.
    Semua boleh. Semua tidak boleh.
    Tergantung pada cuaca.
    Tergantung pada amarah dan girangnya sang raja.
    Tergantung pada kuku-kuku garuda dalam mengatur kata-kata.
    Ibu guru perlu sepeda motor dari Jepang.
    Ibu guru ingin hiburan dan cahaya.
    Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor.
    Dan juga ingin jaminan pil penenang,
    tonikum-tonikum dan obat perangsang yang dianjurkan oleh dokter.
    Maka berkatalah ia
    Kepada orang tua murid-muridnya :
    “Kita bisa mengubah keadaan.
    Anak-anak akan lulus ujian kelasnya,
    terpandang di antara tetangga,
    boleh dibanggakan pada kakak mereka.
    Soalnya adalah kerjasama antara kita.
    Jangan sampai kerjaku terganggu,
    karna atap bocor.”
    Dan papa-papa semua senang.
    Di pegang-pegang tangan ibu guru,
    dimasukan uang ke dalam genggaman,
    serta sambil lalu,
    di dalam suasana persahabatan,
    teteknya disinggung dengan siku.
    Demikianlah murid-murid mengintip semua ini.
    Inilah ajaran tentang perundingan,
    perdamaian, dan santainya kehidupan.
    Ibu guru berkata :
    “Kemajuan akan berjalan dengan lancar.
    Kita harus menguasai mesin industri.
    Kita harus maju seperti Jerman,
    Jepang, Amerika.
    Sekarang, keluarkanlah daftar logaritma.”
    Murid-murid tertawa,
    dan mengeluarkan rokok mereka.
    “Karena mengingat kesopanan,
    jangan kalian merokok.
    Kelas adalah ruangbelajar.
    Dan sekarang : daftar logaritma !”
    Murid-murid tertawa dan berkata :
    “Kami tidak suka daftar logaritma.
    Tidak ada gunanya !”
    “kalian tidak ingin maju ?”
    “Kemajuan bukan soal logaritma.
    Kemajuan adalah soal perundingan.”
    “Jadi apa yang kaian inginkan ?”
    “Kami tidak ingin apa-apa.
    Kami sudah punya semuanya.”
    “Kalian mengacau !”
    “Kami tidak mengacau.
    Kami tidak berpolitik.
    Kami merokok dengan santai.
    Sperti ayah-ayah kami di kantor mereka :
    santai, tanpa politik
    berunding dengan Cina
    berunding dengan Jepang
    menciptakan suasana girang.
    Dan di saat ada pemilu,
    kami membantu keamanan,
    meredakan partai-partai.”
    Murid-murid tertawa.
    Mereka menguasai perundingan.
    Ahli lobbying.
    Faham akan gelagat.
    Pandai mengikuti keadaan.
    Mereka duduk di kantin,
    minum sitrun,
    menghindari ulangan sejarah.
    Mereka tertidur di bangku kelas,
    yang telah mereka bayar sama mahal
    seperti sewa kamar di hotel.
    Sekolah adalah pergaulan,
    yang ditentukan oleh mode,
    dijiwai oleh impian kemajuan menurut iklan.
    Dan bila ibu guru berkata :
    “Keluarkan daftar logaritma !”
    Murid-murid tertawa.
    Dan di dalam suasana persahabatan,
    mereka mengobel ibu guru mereka.
    Yogya, 22 Juni 1977.
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK SEBATANG LISONG
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Menghisap sebatang lisong
    melihat Indonesia Raya,
    mendengar 130 juta rakyat,
    dan di langit
    dua tiga cukong mengangkang,
    berak di atas kepala mereka
    Matahari terbit.
    Fajar tiba.
    Dan aku melihat delapan juta kanak-ka
    nak
    tanpa pendidikan.
    Aku bertanya,
    tetapi pertanyaan-pertanyaanku
    membentur meja kekuasaan yang macet,
    dan papantulis-papantulis para pendidik
    yang terlepas dari persoalan kehidupan.
    Delapan juta kanak-kanak
    menghadapi satu jalan panjang,
    tanpa pilihan,
    tanpa pepohonan,
    tanpa dangau persinggahan,
    tanpa ada bayangan ujungnya.
    …………………
    Menghisap udara
    yang disemprot deodorant,
    aku melihat sarjana-sarjana menganggur
    berpeluh di jalan raya;
    aku melihat wanita bunting
    antri uang pensiun.
    Dan di langit;
    para tekhnokrat berkata :
    bahwa bangsa kita adalah malas,
    bahwa bangsa mesti dibangun;
    mesti di-up-grade
    disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
    Gunung-gunung menjulang.
    Langit pesta warna di dalam senjakala
    Dan aku melihat
    protes-protes yang terpendam,
    terhimpit di bawah tilam.
    Aku bertanya,
    tetapi pertanyaanku
    membentur jidat penyair-penyair salon,
    yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
    sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
    dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
    termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
    Bunga-bunga bangsa tahun depan
    berkunang-kunang pandang matanya,
    di bawah iklan berlampu neon,
    Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
    menjadi gemalau suara yang kacau,
    menjadi karang di bawah muka samodra.
    ………………
    Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
    Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
    tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
    Kita mesti keluar ke jalan raya,
    keluar ke desa-desa,
    mencatat sendiri semua gejala,
    dan menghayati persoalan yang nyata.
    Inilah sajakku
    Pamplet masa darurat.
    Apakah artinya kesenian,
    bila terpisah dari derita lingkungan.
    Apakah artinya berpikir,
    bila terpisah dari masalah kehidupan.

    19 Agustus 1977
    ITB Bandung
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Institut Teknologi Bandung, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaya.
    (http://zhuldyn.wordpress.com)


    SAJAK SEBOTOL BIR
    Oleh :

    W.S. Rendra
    Menenggak bir sebotol,
    menatap dunia,
    dan melihat orang-orang kelaparan.
    Membakar dupa,
    mencium bumi,
    dan mendengar derap huru-hara.
    Hiburan kota besar dalam semalam,
    sama dengan biaya pembangunan sepuluh desa !
    Peradaban apakah yang kita pertahankan ?
    Mengapa kita membangun kota metropolitan ?
    dan alpa terhadap peradaban di desa ?
    Kenapa pembangunan menjurus kepada penumpukan,
    dan tidak kepada pengedaran ?
    Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industri,
    Tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri asing
    akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
    Kota metropolitan di sini,
    adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika,
    Australia, dan negara industri lainnya.
    Dimanakah jalan lalu lintas yang dulu ?
    Yang neghubungkan desa-desa dengan desa-desa ?
    Kini telah terlantarkan.
    Menjadi selokan atau kubangan.
    Jalanlalu lintas masa kini,
    mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu,
    adalah alat penyaluran barang-barang asing dari
    pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
    bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
    Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
    tidak untuk petani,
    tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
    Kini hanyut di dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
    Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
    tanpa ada daya untuk menciptakan.
    Apakah kita akan berhenti saampai di sini ?
    Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?
    Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
    yang tidak berhenti-hentinya menghasilkan……..
    harus senantiasa menghasilkan….
    Dan akhirnya memaksa negara lain
    untuk menjadi pasaran barang-barang kita ?
    …………………………….
    Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata ?
    Apakah pemikiran ekonomi kita
    hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme ?
    Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira ?
    Apakah kita akan hanyut saja
    di dalam kekuatan penumpukan
    yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
    terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia ?
    ……………………………….
    Kita telah dikuasai satu mimpi
    untuk menjadi orang lain.
    Kita telah menjadi asing
    di tanah leluhur sendiri.
    Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
    dan menghamba ke Jakarta.
    Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi
    dan menghamba kepada Jepang,
    Eropa, atau Amerika.
    Pejambon, 23 Juni 1977
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)